Mengawali agenda hari ketiga di Busan, Korea Selatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan 22 ilmuwan peneliti Indonesia yang masih berusia muda di Hotel Lotte, Busan, Korea Selatan, Senin (25/11) pagi.
Dalam sambutannya Presiden Jokowi mengatakan, Jika pemerintah telah membangun rumah besar penelitian yang bernama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). “Ini memang baru awal sebab memang mimpi kita semua yang namanya balai penelitian, lembaga-lembaga penelitian kita, lembaga kita semuanya masuk ke dalam rumah besar itu,” ujarnya.
Presiden menjelaskan, jika berdiri sendiri-sendiri setiap kementerian atau lembaga masing-masing mempunyai anggaran penelitian antara Rp700 miliar sampai Rp800 miliar. Sementara jika digabungkan, angkanya ada Rp26 triliun.
“Kalau menurut saya itu angka gede banget meskipun belum segede yang tadi disampaikan 4 koma berapa? Di sini, 4,2 persen dari GDP kita y memang belum,” kata Presiden Jokowi.
Tetapi Jika yang Rp26 triliun ini Telah benar. Jalannya Telah benar, kemudian hasilnya juga Telah ada. Presiden berjanji bakal menagih hasilnya. “Kalau benar Telah berhasil, Telah bagus dan betul-betul bermanfaat buat rakyat, buat industri, buat apa, desa, buat petani, buat nelayan ya,” tuturnya.
Diakui Presiden Jokowi, kita belum masuk ke sana konsentrasi ke sana, sebab misalnya 5 tahun yang kemarin kita baru fokus pada infrastruktur. Kemudian, 5 tahun ke depan kita masih konsentrasi lagi di sumber daya manusia.
Tetapi 5 tahun ke depannya, lanjut Presiden, mestinya kita Telah masuk ke yang namanya riset dan inovas. Ïtu Telah menjadi prioritas besar bangsa kita,” ujar Presiden.
Masuknya, jelas Presiden,melalui tahapan-tahapan besar itu. Pemerintah nggak mau pikiran semuanya kita kerjakan dan nggak ada hasilnya semuanya. Pemerintah kali ini mau bekerjanya fokus, fokus mudah dikontrol, mudah dicek, mudah diawasi sehingga nggak semuanya.
“Memang ini kita baru menata buat riset dan inovasi,” tegas Presiden Jokowi.
Mimpi Besar Inovasi
Menurut Presiden, inilah waktunya mimpi besar kita dalam nanti inovasi. Ia menyebutkan, saat ini kita Telah masuk meskipun Telah terlambat misalnya masuk ke B20, sebentar lagi masuk B30.
“Ini betul-betul sangat mengurangi impor minyak kita dan ketergantungan kita pada pasar ekspor, di dalam negeri saja bisa kita gunakan dengan baik. Sehingga ke depan Jika kita mau berbelok ada transformasi ekonomi, ada transformasi teknologi maka bahan-bahan mentah kita nggak perlu kita ekspor,” tutur Presiden.
Kalau dari barang bisa gasifikas, menurut Presiden, LPG bisa masuk bahan-bahan pembuat kain. kemudian batu bara buat petro chemical, banyak sekali larinya, misalnya nikel kita, obat kita bisa dibuat buat lithium baterai yang nanti bisa buat membangun mobil-mobil listrik.
“Saya kira negara kita ini terlalu banyak sekali barang-barang yang bisa diubah dari yang dulunya diekspor bahan mentah menjadi barang-barang menjadi atau setengah jadi. Itu strategi bisnis negara menjadi ada added value-nya, ada nilai tambah yang bermanfaat bagi rakyat,” kata Presiden seraya menambahkan, kita perlu optimistis ketika bertemu peneliti muda ini memberi dorongan besar.
“Bayangkan apa yang dikalkulasi Bank Dunia, IMF, oleh McKenzie, betul-betul kita masuk ke 4 besar dunia ekonomi terkuat di dunia,” sambung Presiden Jokowi.
Saat bertemu peneliti muda itu, Presiden Jokowi didampingi Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan, Menlu Retno Marsudi, Mensesneg Pratikno, dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. [setkab.go.id]