Kisah Qarun Berdasarkan Al Qur`An

Ridhmedia
02/10/13, 20:10 WIB





Allah swt berfirman,

”Sesungguhnya Qarun yaitu termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) dikala kaumnya berkata kepadanya: ‘Janganlah kau terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri’. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kau melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat sepakat (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kau berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Qarun berkata: “Sesungguhnya saya hanya diberi harta itu, alasannya yaitu ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, sebetulnya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih besar lengan berkuasa daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, wacana dosa-dosa mereka.” ”Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai menyerupai apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”.

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah yaitu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan berinfak saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar.” Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu. berkata: “Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; jika Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (ni`mat Allah).” Negeri alam abadi itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu yaitu bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash: 76-83)

Qarun yaitu sepupu Nabi Musa, anak dari Yashar adik kandung Imran ayah Musa. Baik Musa maupun Qarun masih keturunan Yaqub, alasannya yaitu keduanya merupakan cucu dari Quhas putra Lewi, Lewi bersaudara dengan Yusuf anak dari Yaqub, hanya berbeda ibu. Silsilah lengkapnya yaitu Qarun bin Yashar bin Qahit/Quhas bin Lewi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim, berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku Qibthi (Gypsy, bangsa Mesir).

Awal kehidupan Qarun sangatlah miskin dan mempunyai banyak anak. Pada suatu kesempatan ia meminta Musa untuk mendoakannya kepada Allah SWT, yang ia pinta yaitu kekayaan harta benda, dan balasannya undangan tersebut dikabulkan oleh Allah SWT.

Namun sayang sesudah keinginanya terwujud, Qarun mempergunakan hartanya dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan dan membuatnya menjadi orang yang sombong. Hal ini merupakan peristiwa alam dan peristiwa bagi kaum kafir dan lemah di kalangan Bani Israil.

Seperti yang disiyaratkan oleh ayat-ayat diatas dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil terbagi atas dua kelompok.

Pertama yaitu kelompok orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutamakan apa yang ada di sisi-Nya. Karena itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya serta berharap supaya ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memperlihatkan bantuan kepada hamba-hamba Allah yang lain.

Kedua yaitu kelompok yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun alasannya yaitu mereka telah kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang sanggup dipakai untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya, dan mereka berangan-angan ingin bernasib menyerupai itu.

Qarun mabuk dan terlena oleh melimpahnya darta dan kekayaan. Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas segala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat, kabaikan dan hal yang halal alasannya yaitu semua itu yaitu harta Allah, ia justru menolak seraya menyampaikan “Sesungguhnya saya hanya diberi harta itu alasannya yaitu ilmu yang ada padaku”

Akibat kesombongannya ini berlakulah sunnatullah atasnya dan marah Allah menimpanya. Hartanya menyebabkan Allah murka, menyebabkan beliau hancur, dan datangnya siksa Allah. Maka Allah membenamkan harta dan rumahnya ke dalam bumi, kemudian terbelah dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya dengan disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang sanggup menolong dan menahannya dari peristiwa itu, tidak bermanfaat harta dan kekayaannya.

Tempat Qarun ditenggelamkan bersama dengan harta dan pengikutnya telah menjadi danau yang dikenal sebagai Danau Qarun atau dalam bahasa Arab Bahirah Qarun. Yang tersisa hanya puing-puing istana Qarun yang teletak di kawasan Al Fayyum, Mesir.

Tatkala Bani Israil melihat peristiwa yang menimpa Qarun dan hartanya, bertambahlah keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapaun mereka yang telah tertipu dan pernah berangan-angan menyerupai Qarun, balasannya mengetahui hakikat yang sebenarnya dan terbukalah tabir, kemudian mereka memuji Allah alasannya yaitu tidak mengalami nasib menyerupai Qarun. Mereka berkata, “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; jika Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).”


Artikel Oleh : www.pustakaafaf.com
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+