RIDHMEDIA - Pramugari Garuda Indonesia, Josephine Ecclesia membuat pengakuan mengejutkan. Ia membongkar diskriminasi yang dilakukan direksi Garuda Indonesia.
Pramugari yang sudah bekerja di maskapai Garuda Indonesia selama lima tahun itu juga mengungkap kebiasaan buruk mantan Dirut Garuda, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Akshara yang selingkuh dengan seorang pramugari.
Pengurus Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI) mengaku pernah mendapat diskriminasi dari direksi Garuda Indonesia.
“Saya mendapatkan diskriminasi dengan dibloknya email perusahaan oleh direksi,” ujar Josephine, saat menjadi pembicara di ILC bertajuk “Ketika Garuda Diserempet Moge” pada Selasa malam (10/12/2019).
Josephine juga mengaku diancam akan dipindahkan ke Base Makassar. Hal itu membuatnya terancam tidak bisa aktif menjalankan roda organisasi di Ikagi.
Selain itu, lanjut Josephine, banyak awak kabin yang dipekerjakan layaknya robot, seperti terbang ke luar negeri pulang pergi tanpa istirahat.
Akibat pekerjaan yang terlalu berat, tak sedikit awak kabin yang jatuh sakit dan diopname.
Ketika dirawat di rumah sakit, awak kabin itu membuat status di media sosial. Buntutnya, si awak kabin diskorsing berbulan-bulan.
Josephine lantas membeberkan kebiasaan janggal mantan Dirut Garuda, Ari Akshara yang sering meminta nomor handphone (HP) pramugari.
“Sekelas direksi yang sudah dicopot itu bisa keliling-keliling ke Garuda Indonesia Training Center untuk masuk ke kelas-kelas pramugari dan menanyakan, ‘kamu sudah karyawan belum?’ Kamu sudah sekolah triple seven belum, kamu sudah bisnis kelas belum, habis itu diminta nomor teleponnya,” kata Josephine disambut tepuk tangan peserta ILC.
Menurut Josephine, intensitas Ari Askhara mengunjungi Garuda Indonesia Training Center untuk menanyakan status setiap karyawan dan meminta nomor telepon pribadi menciptakan diskriminasi di Garuda Indonesia.
Ia mengatakan, karir beberapa oknum pramugari langsung terdongkrak setelah mengikuti kemauan direksi.
Mereka langsung dipekerjakan di kelas khusus 777 dan terbang ke Eropa.
“Jadi tercipta oknum yang bisa tambah type rating triple seven, terbang ke Eropa terus, bisa membuat geng-geng, kelompok-kelompok, sampai membuka kelas khusus sekolah triple seven itu lho. Khusus kelas-kelasnya dia saja,” tambahnya.
Hal itu memnunculkan imej buruk di kalangan awak kabin kepada direksi. Sebab, direksi telah berbuat diskriminasi.
“Oh ternyata direksi kita seperti ini. Dan untung alhamudlillah saya orangnya jelek, jadinya direksi gak ada yang suka ama saya,” ucapnya.
Hal serupa dikatakan pramugari Garuda lainnya, Anggi Ardana Neswari. Ia menyebut dirinya terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hanya gara-gara membawa tiga slop rokok dalam penerbangan ke Arab Saudi.
Padahal, kata dia, rokok bukan barang ilegal. Karena itu, dia melakukan perlawanan dengan melaporkan ke Suku Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi.
Saat ini prosesnya masih dalam tahap mediasi. Pada mediasi tahap dua, Anggi disarankan oleh managemen Garuda untuk menuliskan surat permohonan maaf kepada direksi.
“Saya di sini sangat menyesakan bahwa pihak Garuda telah mem-PHK kami secara sepihak tanpa memberikan surat peringatan,” ucapnya.
“Saya tidak pernah melakukan kasus apa pun di Garuda selama 9 tahun bekerja, tapi langsung dikeluarkan dengan sewanang-wenang seperti itu. Padahal di perjanjian kerja bersama itu selayaknya diberikan SP 1,” imbuhnya. [ps]
Pramugari yang sudah bekerja di maskapai Garuda Indonesia selama lima tahun itu juga mengungkap kebiasaan buruk mantan Dirut Garuda, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Akshara yang selingkuh dengan seorang pramugari.
Pengurus Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI) mengaku pernah mendapat diskriminasi dari direksi Garuda Indonesia.
“Saya mendapatkan diskriminasi dengan dibloknya email perusahaan oleh direksi,” ujar Josephine, saat menjadi pembicara di ILC bertajuk “Ketika Garuda Diserempet Moge” pada Selasa malam (10/12/2019).
Josephine juga mengaku diancam akan dipindahkan ke Base Makassar. Hal itu membuatnya terancam tidak bisa aktif menjalankan roda organisasi di Ikagi.
Selain itu, lanjut Josephine, banyak awak kabin yang dipekerjakan layaknya robot, seperti terbang ke luar negeri pulang pergi tanpa istirahat.
Akibat pekerjaan yang terlalu berat, tak sedikit awak kabin yang jatuh sakit dan diopname.
Ketika dirawat di rumah sakit, awak kabin itu membuat status di media sosial. Buntutnya, si awak kabin diskorsing berbulan-bulan.
Josephine lantas membeberkan kebiasaan janggal mantan Dirut Garuda, Ari Akshara yang sering meminta nomor handphone (HP) pramugari.
“Sekelas direksi yang sudah dicopot itu bisa keliling-keliling ke Garuda Indonesia Training Center untuk masuk ke kelas-kelas pramugari dan menanyakan, ‘kamu sudah karyawan belum?’ Kamu sudah sekolah triple seven belum, kamu sudah bisnis kelas belum, habis itu diminta nomor teleponnya,” kata Josephine disambut tepuk tangan peserta ILC.
Menurut Josephine, intensitas Ari Askhara mengunjungi Garuda Indonesia Training Center untuk menanyakan status setiap karyawan dan meminta nomor telepon pribadi menciptakan diskriminasi di Garuda Indonesia.
Ia mengatakan, karir beberapa oknum pramugari langsung terdongkrak setelah mengikuti kemauan direksi.
Mereka langsung dipekerjakan di kelas khusus 777 dan terbang ke Eropa.
“Jadi tercipta oknum yang bisa tambah type rating triple seven, terbang ke Eropa terus, bisa membuat geng-geng, kelompok-kelompok, sampai membuka kelas khusus sekolah triple seven itu lho. Khusus kelas-kelasnya dia saja,” tambahnya.
Hal itu memnunculkan imej buruk di kalangan awak kabin kepada direksi. Sebab, direksi telah berbuat diskriminasi.
“Oh ternyata direksi kita seperti ini. Dan untung alhamudlillah saya orangnya jelek, jadinya direksi gak ada yang suka ama saya,” ucapnya.
Hal serupa dikatakan pramugari Garuda lainnya, Anggi Ardana Neswari. Ia menyebut dirinya terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hanya gara-gara membawa tiga slop rokok dalam penerbangan ke Arab Saudi.
Padahal, kata dia, rokok bukan barang ilegal. Karena itu, dia melakukan perlawanan dengan melaporkan ke Suku Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi.
Saat ini prosesnya masih dalam tahap mediasi. Pada mediasi tahap dua, Anggi disarankan oleh managemen Garuda untuk menuliskan surat permohonan maaf kepada direksi.
“Saya di sini sangat menyesakan bahwa pihak Garuda telah mem-PHK kami secara sepihak tanpa memberikan surat peringatan,” ucapnya.
“Saya tidak pernah melakukan kasus apa pun di Garuda selama 9 tahun bekerja, tapi langsung dikeluarkan dengan sewanang-wenang seperti itu. Padahal di perjanjian kerja bersama itu selayaknya diberikan SP 1,” imbuhnya. [ps]