Ridhmedia - Kematian Mayor Jenderal Qasem Soleimani membarakan dendam di dada Ayatollah Ali Khamenei. Sebagai pemimpin tertinggi Iran, Khamenei menggelorakan balasan yang ditujukan pada Amerika Serikat (AS) yang disebut menewaskan Soleimani yang merupakan komandan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran.
Kabar kematian Soleimani pada awalnya diungkapkan tiga pejabat senior Irak yang enggan disebut namanya dan oleh dua pemimpin kelompok milisi yang loyal pada Iran. Serangan udara AS itu, menurut para pejabat Irak, juga menewaskan seorang pria bernama Abu Mahdi al-Muhandis yang menjabat wakil komandan dari kelompok milisi pro-Iran di Irak bernama Pasukan Mobilisasi Populer (PMF). PMF menyebut ada tujuh orang tewas akibat serangan udara AS tersebut.
Seperti dikutip Associated Press, salah satu pejabat keamanan Irak menyebut Al-Muhandis tiba di bandara Baghdad dalam konvoi bersama anggota milisi lainnya untuk menyambut Soleimani, yang pesawatnya baru saja mendarat dari Lebanon atau Suriah.
Serangan udara yang dilancarkan militer AS pada Jumat (3/1) pagi itu terjadi di dekat area kargo, setelah Soleimani turun dari pesawat untuk bertemu Al-Muhandis dan anggota milisi pro-Iran lainnya.
Dua pejabat dari PMF, seperti dilansir Associated Press, menyebut bahwa jasad Soleimani terkoyak akibat serangan udara AS itu, sedangkan jasad Al-Muhandis belum ditemukan. Menurut seorang pejabat senior Irak, jasad Soleimani berhasil diidentifikasi dari cincin yang dipakainya.
Para pejabat Irak yang membahas serangan ini tidak bisa memberikan identitas mereka karena sensitivitas isu ini dan mereka sebenarnya tidak berwenang memberikan informasi ke publik.
Siapa Soleimani?
Selain memimpin Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran, Soleimani juga diketahui menjadi pointman -- sosok yang selalu ada di garda terdepan -- bagi Iran dalam situasi konflik di Irak.
Sebagai Komandan Pasukan Quds, Soleimani bertugas memimpin seluruh ekspedisi pasukan tersebut. Diketahui bahwa anggota Pasukan Quds sebelumnya dikerahkan ke dalam konflik Suriah untuk mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Demikian juga saat AS menginvasi Irak tahun 2003.
Sosok Soleimani banyak dikagumi warga Iran yang menganggapnya sebagai pahlawan tanpa pamrih dalam memerangi musuh-musuh Iran di luar negeri. Dia bertambah dikenal setelah menjadi penasihat pasukan yang memerangi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Irak dan Suriah atas nama rezim Assad.
Para pejabat AS sebelumnya menyebut Garda Revolusi Iran di bawah Soleimani mengajari militan-militan Irak untuk merakit bom mematikan untuk digunakan dalam serangan terhadap tentara-tentara AS usai invasi Irak. Otoritas Iran telah membantah tuduhan itu.
Di sisi lain Presiden AS Donald Trump disebut telah memerintahkan pembunuhan Soleimani. Pentagon menyebutnya sebagai 'langkah defensif yang tegas untuk melindungi personel AS di luar negeri'.
Seperti dilansir AFP, Trump mengunggah gambar bendera nasional via Twitter, tanpa penjelasan lebih lanjut. Pentagon atau Departemen Pertahanan AS kemudian merilis pernyataan resmi.
"Atas arahan Presiden (Donald Trump-red), militer AS telah mengambil langkah defensif tegas untuk melindungi personel AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani, kepala Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran, yang ditetapkan AS sebagai Organisasi Teroris Asing," ungkap Pentagon.
"Serangan itu bertujuan untuk menangkal rencana serangan Iran di masa mendatang," imbuh Pentagon dalam pernyataannya.
Menanggapi itu Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bersumpah akan ada 'pembalasan dendam yang hebat'. Seperti dilansir AFP, Khamenei juga menetapkan masa berkabung selama tiga hari di seluruh wilayah Iran untuk menghormati kematian Soleimani.
"Mati syahid menjadi hadiah atas upaya-upaya tanpa henti yang dilakukannya dalam beberapa tahun ini," ucap Khamenei dalam pernyataan berbahasa Farsi via Twitter, yang merujuk pada Soleimani.
"Dengan kepergiannya, insya Allah, pekerjaan dan jalannya tidak akan dihentikan, tapi pembalasan dendam yang hebat menunggu para penjahat kriminal yang melumuri tangan busuk mereka dengan darahnya dan para martir lainnya dalam insiden semalam," tegas Khamenei.
Sementara itu Perdana Menteri (PM) Irak, Adel Abdul Mahdi, memberikan reaksi keras. PM Abdul Mahdi menyebut serangan AS itu sama saja 'agresi' terhadap Irak.
"Pembunuhan seorang komandan militer Irak dalam sebuah jabatan resmi adalah sebuah agresi terhadap Irak, terhadap negaranya, terhadap pemerintahnya dan terhadap rakyatnya," tegas PM Abdul Mahdi merujuk pada Al-Muhandis dalam pernyataannya tersebut. [dtk]